Semua berakhir begitu cepat.
Tanpa pernah terpikir dan terbayang.
Engkau pergi dengan apa yang kau inginkan, dan aku hanya punya iya.
Walau ku coba pertahankan, walau harus hancur ragaku, semua tak berguna.
Ketika kembali seperti seolah tak kenal, seperti tak ingin terlihat di depan banyak mata.
Mengapa sedemikian? mungkin aku terlalu berharap, hingga engkau takut.
Namun memang kenyataan, rasa ini tak secepatnya terhapus.
Hampir menggumpal dengan keseharianmu, buat hariku kini terasa hambar.
Aku tak mengerti, kemana lagi aku berbagi, di saat dirimu mulai acuh.
Di saat engkau pilih tuk melangkah jauh ke sana, sedangkan.
Kaki ku tak mampu menghentak, bumi pun tak kuasa ku pijak, semua ibarat samudra.
Tenggelam, jauh aku tenggelam, dalam dan mungkin saja tak terlihat.
Namun akankah matamu itu sanggup membiarkan aku.
Akankah tanganmu tak terulur, untuk sejenak bangkitkan kembali aku.
Bisukah sudah mulutmu, untuk buat aku terkesima dengan ocehan manismu.
Akankah beku otak mu itu, untuk luangkan berpikir tentang aku.
Dan masihkah hati itu menyirat tentang kita.
Ya mungkin tidak, hanya aku yang terlalu larut.
Aku hanya air, kau gula, kau melarut, namun begitu saja hilang.
Yang terlanjur manis pun pasti sulit untuk terlupa.
Bukankah mereka masih sanggup kembali kepadamu, namun aku.
Hanya sekedar gumpalan sampah yang mengharapkan tong bersih sepertimu.
Mereka kembali, mencoba menarik perasaanmu, menghapus diriku, dan kembali sedemikian kalian yang dulu.
Sedangkan aku akan tetap berdiri dengan perasaan yang terlanjur.
Terlanjur terpampang lebar dijidat yang berisi keseluruhan tentang kamu.
Dan terdemikianlah kisah ini,
Begitu cepat hingga aku tak mengerti, ke depan seperti apa.
Dan tidak akan ada yang pernah tau.
Sekian..
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar